Lokasi Pengunjung Blog

Sabtu, 15 November 2008

Rokok..., haiya!

“HAIYA…”

Lain dulu lain sekarang. Dulu rokok dianggap obat, kini dikata racun. Sebenarnya rokok itu bikin sehat atau bikin sekarat? Entahlah. Dibilang racun tapi kok…, enaknya minta ampun. Bingung dah!

Walau dihadapkan dengan 1001 fakta soal bahaya merokok, tetap saja para perokok klepas-klepus, merokok. “Abis enak sih!” begitu alasan lebih dari 140 juta perokok seperti kita di Indonesia.

Rokok dipandang sebagai barang yang tidak sehat untuk dikonsumsi masyarakat, sehingga Pemerintah perlu membatasi jumlah peredarannya. Dengan alasan itulah rokok dikenai bea cukai. Sayang kebijakan cukai itu tidak mempan karena harus berhadapan dengan iklan rokok yang menggebu, mendorong masyarakat untuk banyak-banyak merokok.

Tahun demi tahun permintaan rokok meningkat, dari 100 milyar batang pada tahun 1985 menjadi 220 milyar batang di tahun 2005. Perokok pemula di Indonesia tumbuh paling pesat se dunia, yakni 44% usia antara 10 – 19 tahun dan 37% usia 20 sampai 29 tahun.

Bisnis rokok telah berkembang. Ironisnya meskipun banyak pihak terlibat, petani tembakau, petani cengkeh, para buruh, pemerintah, sang pengusaha, industri kertas, jasa dan produsen tehnologi, namun sejumlah besar keuntungan nyata justru dinikmati hanya oleh segelintir orang saja, yaitu oleh sang pengusaha rokok semata dan bukan dinikmati para buruh yang jumlahnya sejibun. Haiya….

Anton Ciggy

Tidak ada komentar: