Lokasi Pengunjung Blog

Senin, 25 Mei 2009

KADUNG CINTA, APA MAU DIKATA…

Merokok itu gampang, bisa dilakukan bahkan oleh seorang bocah yang belum tamat SD. Tidak sulit, tidak perlu mikir, tinggal emut dan sulut, hisap dan hembus, bas-bus dan pas-pus. Simple, begitu saja. Pertama nyoba, mungkin mual dan pusing. Setelah dua tiga kali, yang terjadi bukannya kapok tapi malah nggatok. Dasar bocah!

Kita tidak bisa menyalahkan si bocah yang tergiur untuk mencoba. Siapa yang tidak ngiler ketika melihat bapak, pakde, paklik, pak guru, dan banyak orang lain di sekitarnya klepas-klepus merokok. Mereka menghisap rokok hingga merem-melek, terkesan nikmat sekaleee….

Jadilah kini, bocah kecil itu merokok. Sang bapak yang perokok berat tak berkutik. Paling pol Bapak hanya bisa pidato: ”Belum bisa cari duit, jangan merokok!” Bapak lupa kalau ada jatah uang jajan buat si bocah. “Oke Bos!” sahut si bocah seolah patuh, padahal di belakang hidung bapaknya dia asyik ngebul.

Begitulah, setiap detik dan setiap menit jutaan bocah perokok muncul di berbagai belahan dunia. Mereka bukan dilahirkan tapi dijadikan oleh lingkungan, oleh “keteladanan” para dewasa dan juga oleh pengaruh iklan rokok yang menggebu. Dan begitu seseorang mulai merokok, biasanya dia akan merokok untuk sepanjang hayatnya, akan sehidup semati bersama rokok. Kian waktu jumlah perokokpun kian bertambah.

Untuk soal tambah menambah ini Indonesia boleh dibilang juaranya. Laju pertumbuhan perokok pemula di Indonesia tercatat paling pesat sedunia, yakni 44% antara usia 10 – 19 tahun dan 37% usia 20 – 29 tahun. Permintaan rokok meningkat dari tahun ke tahun, dari 100 milyar batang pada tahun 1985 menjadi 220 milyar batang tahun 2005.

Merokok ternyata tidak hanya gampang, tapi juga enak tenan! Itu kata mereka yang hobi banget alias nggebis. Konon para penggebis mampu menghabiskan 30 hingga 40 batang rokok sehari. Percumalah menghimbau mereka untuk berhenti merokok. Walau ditatar dengan 1001 macam soal bahayanya tetap saja mereka merokok. Abis enak sih! Begitu alasannya tanpa penjabaran lebih jauh. Waton ngeyel memang, tapi ya seperti itulah sikap lebih dari 140 juta perokok Indonesia.

Soal mengapa sih kok orang merokok, Ernest Dichter seorang peneliti telah menelitinya pada tahun 1947. Dan kesimpulannya adalah:
-Smoking is as much a psychological pleasure as it is a physiological satisfaction.
-Salah seorang respondennya mengatakan : "It is not the taste that counts. It's that sense of satisfaction you get from a cigarette that you can't get from anything else."
-Penelitian lain menambahkan bahwa: Merokok is Fun, Is Reward, Is Oral Pleasure, Helps me think, Help us to relax, "With a Cigarette I Am Not Alone", "I Like to Watch the Smoke", "I Blow My Troubles Away", Obat stress, Sarana gaul dsb.

Di samping sisi yang enak2 itu ada juga sisi resiko merokok. Dari sudut kesehatan, bahaya rokok sudah sering dibahas. Katanya, dalam kepulan asap rokok terkandung 4.000 racun kimia berbahaya, dan 43 diantaranya bersifat karsinogenik (merangsang tumbuhnya kanker). Berbagai zat berbahaya itu, diantaranya adalah tar, karbon monoksida, dan nikotin.

Bahwa merokok itu beresiko, para perokok tahu. Tapi nampaknya sungguh enggan mereka untuk meninggalkan kebiasaan yang mengasyikan dan yang terlanjur melekat di keseharian. Yah…, kadung cinta, apa mau dikata. Abis merokok itu gampang dan..., enak siiihhh.

Gitu deh…

Tidak ada komentar: