Lokasi Pengunjung Blog

Kamis, 07 Mei 2009

Seputar Larangan Merokok…, Obama, Bebas Rokok untuk Anak


Para aktivis anti-rokok di Amerika kini gencar menyorot Obama tentang resolusi akhir tahunannya untuk berhenti merokok. Mereka meminta Obama berbicara ke publik tentang kebiasaannya mengepulkan asap dari mulut. “Kami berharap Obama bisa menjadi teladan… semuanya bisa dilakukan bila ia memutus puntung rokok.”

Di Gedung Putih, Barrack Obama berjanji mematuhi larangan merokok. Tapi Obama tidak mengatakan apakah dengan janji itu berarti dia tidak akan mencari pintu belakang untuk bisa merokok. Obama memang berada dalam pilihan sulit. Presiden yang akan dilantik lusa ini, sebetulnya sudah menjanjikan soal niat berhenti merokoknya kepada Michelle, istrinya, Juni 2007 ketika dia memutuskan untuk mengikuti putaran kampanye pilpres Amerika Serikat.

Obama tak sanggup. Berat baginya untuk sama sekali berhenti. Dia masih tetap merokok, tiga hingga empat putaran kampanye pilpres Juni tahun lalu. Tom Brokow, wartawan NBC yang mewawancarainya Desember lalu, menulis bahwa Obama “telah berjanji untuk berhenti merokok,” meskipun, “kadang harus melakukan perang dalam dirinya untuk total berhenti merokok yang bahkan tak jarang ia menyerah pada kondisi tersebut.”

Obama mempunyai masalah yang cukup serius dengan pilihannya itu, kalaupun ia berjanji bahwa Gedung putih tetap akan memberlakukan zona bebas rokok. “Sebelumnya saya belum pernah menjadi perokok berat, saya telah berhenti secara perlahan beberapa tahun belakangan, saya juga telah mendapatkan sebuah permintaan yang tidak bisa ditawar oleh istri saya, sehingga ketika mengalami stress saat kampanye saya tidak mau selalu mengalah. Karena itu, saya mengunyah permen karet Nicorette,” ujarnya pada Chicago Tribune.

Selama berkampanye, ia bertarung dengan dirinya sendiri untuk tegas mematuhi tekadnya. Nicorette—permen karet pengganti rokok itu—menjadi temannya, dan terbukti efektif selama kampanye.

Benar, Obama merupakan salah satu presiden Amerika yang terbiasa merokok. Presiden pertama yang merokok adalah Gerald R. Ford yang terkenal dengan pipa rokoknya. Jimmy Carter dan Presiden George Bush, keduanya menentang rokok. Sementara itu, Bill Clinton sangat menyukai rokok dari waktu ke waktu.

Hanya saja jangan berharap mendapatkan gambar eksklusif Obama ketika merokok. Para wartawan sulit memotretnya dibandingkan jika dengan presiden lainnya, seperti Franklin Delano Roosevvelt, Dwight Eisenhower, Lyndon B Johnson, Gerald R Ford, Ronald Reagen ataupun Bill Clinton.

Namun para aktivis anti-rokok, di Amerika kini sedang gencar menyorot Obama tentang resolusi akhir tahunnya untuk berhenti merokok. Mereka meminta Obama berbicara ke publik tentang kebiasaannya mengepulkan asap dari mulut. Sebuah penelitian tidak ilmiah yang dilakukan di jalanan Amerika awal tahun ini menginginkan Obama untuk segera berhenti merokok, kendati mereka tidak mengatakan bahwa kebiasaan merokok merupakan larangan di Gedung Putih. Setidaknya, “Kami berharap Obama bisa menjadi teladan… semuanya bisa dilakukan bila ia memutus puntung rokok,” ujar seorang wanita yang ikut sebagai responden seperti dikutip abcnews.go.com. Mereka yakin Obama akan menginspirasikan banyak orang untuk berhenti menghisap nikotin.

Cukai
Di Amerika masalah rokok adalah masalah usang. Pada 1870, konsumsi rokok sudah mencapai 13,9 juta batang atau 36 per kapita di negeri Abang Sam itu. Lebih dari 60 tahun kemudian, angka itu naik hingga 976,91 per kapita. Naiknya tingkat konsumsi tak lalu membuat surut berbagai penentangan terhadapnya. Selama Perang Sipil hingga pembentukan American Tobacco Company, 1890, kekuatan anti-minuman keras berlanjut menjadi anti-rokok dalam berbagai bentuk.

Aktivis anti-tembakau mulai marak dan meluas ketika Lucy Gaston, menjadi motor dalam setiap aksi. Dia adalah srikandi untuk kampanye anti-rokok yang terlatih dalam Women’s Christian Temperance Union dan kemudian berjuang untuk Anti-Tobacco Movement medio 1890-an. Dia pula yang mendorong anak kecil agar menggunakan lencana atau pin anti-tembakau dan menggorganisasi barisan anak-anak untuk bernyanyi dan berdoa: untuk sebuah pertentangan dengan moyangnya yang merokok.

Kongres Amerika kini bahkan berencana meningkatkan cukai tembakau dan akan menggunakan pajak tadi untuk mendanai pengembangan Program Kesehatan Anak Negara atau SCHIP. Usai dilantik lusa, Obama diharapkan bisa segera meneken anggaran untuk program SCHIP, meskipun Obama enggan menaikkan cukai rokok di tengah resesi ekonomi yang kini mengimpit Amerika. “Kami berharap untuk aksi (Obama) yang lebih awal terhadap dana itu,” ungkap Melisa Wagoner, juru bicara senator Edward Kennedy dari Massachussetts, seperti dilansir New York Times.

Ketua Organisasi Anti Rokok, Matthew L Myers melihat terpilihnya Obama sebagai peluang yang mengubah segalanya. Presiden kampanye “Bebas Rokok untuk Anak” itu juga melihat bahwa 2009 merupakan tahun yang paling bersejarah dalam hal kemajuan terkait kebijakan pemerintah mengenai rokok federal, sejak 1964.

Ketika menjadi senator, Obama sangat mendukung upaya tersebut. Sebesar 35 juta dolar AS dari total pendapatan pajak rokok selama lima tahun, kini akan digunakan untuk menolong SCHIP. Sebagai senator yang merokok, Obama telah menjadi tolok ukur dan kampanyenya telah berhasil merubah perhatiannya terhadap masalah kesehatan.

Ini akan menjadi seru karena industri tembakau akan ditekan secara agresif bulan depan. Selain menaikkan pajak rokok, upaya yang sedang digemborkan ialah meratifikasi perjanjian anti-tembakau internasional. Selama pemerintahan Bush, hal itu masih buntu. Amerika merupakan satu dari dua negara, selain Indonesia, yang menjadi produsen dan konsumen utama tembakau yang juga belum meratifikasi perjanjian di bawah Badan Kesehatan Dunia (WHO). Perjanjian yang membatasi, memberi peringatan kesehatan, dan menaikkan pajak tembakau itu segera dibutuhkan untuk menghindari sejauh mungkin pengaruh para industrialis dalam hal penyusunan kebijakan.

Perjanjian tersebut juga bisa menghambat ekspansi bisnis pemain besar Philip Morris International. Maret tahun lalu perusahaan ini didukung oleh Altria Group, dalam rangka merangsang pertumbuhan pasar luar negeri. Namun ini di luar jalur legal dan dibatasi sesuai dengan regulasi Amerika Serikat. Phillip Morris saat ini mengontrol sekitar 15 persen perdagangan rokok dunia.

Juru bicara Altri, David M Sylvia, menganggap bahwa kenaikan pajak rokok itu tidak adil dan tidak efisien sebagai cara untuk membiayai kesehatan anak. Kendati ada sinyal positif dari Morris yang mendukung proposal ratifikasi perjanjian itu, ketimbang jika disandingkan dengan pebisnis rokok lainnya. Pembatasan pemasaran akan menahan 50 persen saham Philip Morris pasar domestik.

Obama sungguh akan menjadi sorotan. Kebijakan yang pasti akan merugikan industri rokok itu mestinya sesuai dengan komitmen Obama untuk benar-benar berhenti mengepul asap. Menjelang pelantikannya yang mahabesar itu, Obama akan didorong untuk menjadi eksekutor bagi regulasi tembakau di negerinya, bahkan menjadi lokomotif gerakan anti-tembakau era ini. Hingga dia, mungkin, bersenandung kembali menirukan nyanyi dan slogan Temperance Movement, akhir abad ke-19: I’ll never use tobacco, no/ It is a filthy weed / I’ll never put it in my mouth.

Meskipun tentu, Obama punya pilihan pribadi.

Dikutip sepenuhnya dari Koran Jakarta 18 Januari 2009

Tidak ada komentar: